All About Ted's 6th Senses - 5. Jangan-Jangan?

1.25.2015

print this page
send email
Cerita di  internet tadi terbawa kedalam mimpiku, dan aku terbangun setelah melihat bayangan kejadian ayah melawan musuhnya Samael itu. “huff, aku sampai lupa, buku yang diberikan paman” kataku sambil mencari bukuku.

Isi buku ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di internet itu, tidak jauh berbeda dengan yang diceritakan paman ben. Namun lebih lengkap dengan adanya mantra-mantra dan ramalan yang disitu tertulis pasti terjadi.

***

“Sudah kau baca ?” tanya paman ben yang sedang sarapan sambil melihatku keluar kamar. Waktu menunjukan pukul 07.00. “Sudah” jawabku singkat lalu ikut bergabung sarapan. Aku kaget saat mendengar berita di tv tentang meninggalnya Dwi. Matilah aku jika polisi melacak TKP dan menemukan sidik jariku. Makanku jadi tidak tenang dan terburu-buru. Lalu aku memutuskan kembali ke kamar.

“Jangan lupa, jam 9 nanti, kau dan Nadine harus kerumah bibi Whitle.” Ucap pamanku.
“ehh untuk apa? “ tanyaku kembali.
“sudahlah lakukan saja, dia akan membantu paman melatihmu” jawab paman kembali.
“oh iya, apa nadine sudah tahu bahwa kita akan latihan?” kataku lagi.
“tenang, dia sudah paman beritahu”
“yasudah baiklah” kataku lalu masuk ke kamar.

***

Di semua situs berita indonesia, semua beritanya tentang kebakaran sekolahku kemarin dan kematian seorang siswa sekolah tersebut. 2 berita yang saling berkaitan namun tidak ada hubungannya.
Setelah polisi menyelidiki sekitar rumah dwi, selanjutnya dwi dibawa kerumah sakit untuk di autopsi. Orangtua nya dwi pun pulang ke indonesia seketika. Karena belakangan ini kutahu bahwa dwi selalu sendiri dirumah, hanya ditemani harta dan kekayaan.

Tidak ditemukan bekas pembunuhan jenis apapun di rumah dwi. Polisi sementara menyimpulkan berdasar hasil autopsi, dwi positif meninggal karena serangan jantung. Dwi akan dimakamkan sore ini oleh keluarganya yang hadir dari luar daerah. Dan aku berniat untuk mengikuti acara pemakaman tersebut, setelah selesai dengan bibi Whitle.

“aku sampai lupa!!” kataku yang baru teringat dengan handphone dwi dan langsung mengambilnya. Handphone dwi memang terlihat khas, tampilan yang sederhana namun fitur yang sangat istimewa. 

“inikah isi dari handphone seorang hacker?” kataku sambil melihat-lihat. Disitu aku melihat aplikasi notes, dan aku membukanya. “astaga, ini benar-benar sama” kataku yang membaca sekilas tulisan itu. Isinya benar-benar memuat semua yang telah aku baca kemarin dan aku dengarkan dari ayah nadine. Disini disebutkan tanggal penulisan adalah tahun lalu.

“jangan-jangan yang menerorku bukan nadine, dan ini.. “ aku mulai berfikir bahwa ini bukan ulah nadine.

Tiba-tiba…

“TED, AYO BERANGKAT, NANTI TELAT!!” teriak paman dari luar, mengagetkanku walaupun suaranya tidak terdengar keras.

“Celaka, aku belum siap-siap” kataku dalam hati lalu mengganti baju. “IYA PAMAN SEBENTAR!!” jawabku sambil mengganti celanaku.

Tak lupa aku membawa handphone dwi. Lalu aku keluar kamar dan..

“ayo cepatlah, anaknya paman Ben sudah menunggu” katanya dengan nada marah sambil menyalakan mesin motor.

Lalu pamanpun melaju dengan kecepatan lumayan tinggi namun tetap hati-hati. Tempatnya bibi Whitle memang sedikit jauh dari rumahku. Bisa dibilang itu besebrangan kota.

“paman masih jauhkah ?” tanyaku yang bosan duduk menerpa angin. “sebentar lagi kita sampai” kata paman sambil memelankan laju kendaraan. ... 

“Nah kita sudah sampai” ucap paman.


Inikah rumah bibi Whitle?

1 komentar:

 
Back To Top