Tampak dari luar, rumah bibi Whitle lumayan aneh. Sedikit
menyeramkan dan terlihat angker.
Banyak sampah daun berserakan di halaman depan
rumahnya. Mungkin karena bibi Whitle tinggal sendiri di rumah. Kata paman, bibi
Whitle sudah 9 tahun ini hidup sendiri sejak suaminya meninggal dunia. Dan bibi
Whitle jarang keluar rumah sejak itu.
Bibi Whitle sangat ahli dalam hal magis, seperti dukun namun
tidak membuka jasa santet atau semacamnya. Kemampuan ini adalah kemampuan
keturunan dari orang tua bibi Whitle. Ia tidak mempunyai anak, akupun bingung
kepada siapa kemampuan itu akan diturunkan lagi.
“Ted, ayo, aku sudah lama menunggumu”. Panggil Nadine dari
depan pagar rumah bibi Whitle.
“Oh iya, ayo” kataku lalu masuk bersama-sama.
Sampailah aku kedalam rumah bibi Whitle ini. Rumah yang
terbuat dari kayu dengan model rumah panggung ini terkesan klasik namun keren.
Ada beberapa foto bibi Whitle dan suaminya saat masih muda. Ada juga beberapa
botol anggur merah yang disimpan di dekat jendela yang mati itu.
“Bi, ini dia anak-anak sudah datang dan sudah siap dilatih”
kata paman ben yang memanggil bibi Whitle yang sedang duduk di kursi goyang
khas orang tua itu.
“Kau sudah jelaskan aturannya ?” tanya bibi Whitle sambil
tetap duduk santai di kursi goyangnya itu.
“Belum, akakn kujelaskan sekarang kalau begitu” kata paman
ben.
Lalu paman ben menjelaskan beberapa aturan tentang latihanku
ini. Paman ben bilang jika kita telah mampu menguasai kekuatan ini, kita tidak
diperbolehkan menggunakan kekuatan ini di sembarang waktu dan tempat. Memang
benar, tujuanku adalah membalaskan membalaskan dendam ayah, bertemu orangtuaku,
dan membantu membalaskan dendam paman ben.
“Kalau begitu pulanglah, kembali lagi besok pagi” kata bibi
whitle.
“baiklah kalau begitu, kita semua pamit” ucap paman ben lalu
kita semua pergi keluar rumah bibi whitle dan pulang.
“Tak apa, dia tidak jahat, dia baik. Mungkin dia sedang
tidak enak badan hari ini” kata paman ben menenangkan aku dan nadine.
“hey nadine” kataku berbisik.
“apa?” jawabnya.
“kau yang menerorku dan meminta gambarku?”
“…” dia tidak menjawab. Berarti benar dia yang meminta
gambar-gambarku.
“untuk apa?” lanjutku
“aku hanya iseng, dan aku tidak ingin dwi memiliki gambar
itu” jawabnya lagi.
“lantas kau membunuhnya?”
“bukan, aku memang menerormu dan dwi, tetapi aku tidak
membunuhnya. Nanti setelah sampai rumah, akan kuhubungi lewat
facebook.”jawabnya lalu pulang bersama ayahnya dan luna.
Lalu akupun pulang bersama paman.
***
“Jadi siapa yang membunuhnya?” kataku membalas pesan nadine.
“Begini, ayahmu mati begitu melawan samael, begitu juga
dengan samael. Tetapi samael meninggalkan keturunan entah darimana asalnya
akupun tidak tahu. Kata ayah, keturunan samael berusia sama seperti kita. Dan
anaknya samael sudah tahu kalau dia akan menghadapimu, atau kita. Ini semua
diberi tahu oleh ayah” jawabnya panjang lebar.
“lalu apa hubungannya dwi, anaknya samael, dan foto itu?”
kataku melanjutkan bertanya.
“hey, akupun menggambar sepertimu, namun sedikit berbeda.
Gambarku dengan sayap berwarna putih. Sedangkan gambarmu hanya lelaki bersayap
putih kotor dengan wajah babak belur dan berdarah dimana-mana” jawabnya.
“hei, mengapa mengalihkan pembicaraan?” Jawabku yang kesal.
“sabar dulu !!. sekarang aku mulai mengerti dan aku baru
ingat sesuatu” jawabnya singkat.
“Samael adalah malaikat yang sangat licik, sehingga dia
tidak lagi menjadi malaikat. Dia juga ingin merebut ibumu kan dari ayahmu? Nah,
mungkin gambarmu itu adalah gambar mirip dengan samael. Jadi anaknya tidak
suka”
“Dan dwi meninggal setelah memiliki gambarmu itu.
Kemungkinan itu ulah keturunan samael itu yang tidak suka kepada dwi karena
memiliki gambar itu” katanya dengan panjang lebar menjelaskan.
“kenapa dia tidak membunuhku saja jika tidak suka gambar itu
dibuat?” kataku yang masih bingung
“mungkin karena misi ini bukan untuk membunuhmu begitu saja,
tapi melawanmu” jawabnya singkat
“Nad, berarti keturunan samael itu ada didekat kita” jawabku
singkat. Tetapi Nadine sudah offline.